Terkena Penyakit Hepatitis A
Kali ini saya akan menceritakan sedikit kisah pengalaman saya di tahun 2019 yang pertama kalinya mengalami sakit hepatitis A.
Mungkin bisa jadi pelajaran buat para pembaca dan pengetahuan tentang gejala-gejala penyakit hepatitis A yang awal-awalnya memang tidak disadari.
Berikut kisahnya.....
Pada tanggal 16 November 2019 hari Sabtu setelah saya pulang dari mengantar dan menghadiri acara nikahan teman ke Sukabumi, malamnya pas pulang saya merasa sangat lelah sekali karena di perjalanan sangat macet parah.
Pas tiba di Bogor saya langsung istirahat tidur tanpa ingat bahwa saya belum makan. Saya merasakan ada yang aneh pada tubuh saya dan saya merasakan akan sakit.
Dari siangnya saya sudah merasakan ada sesuatu hal yang tidak biasa karena air seni saya berwarna merah gelap seperti air teh. Saya tidak merasa curiga apa-apa dan saya mengira itu wajar-wajar saja.
Pada minggu paginya pas waktu sarapan tiba, saya ngambil sarapan. Pas saya makan biasanya suka habis tapi saat itu saya merasa selera makan saya hilang dan terasa demam makin lama makin tinggi.
Selain itu ditambah juga rasa mual serasa ingin muntah yang tak tertahankan. Sehingga akhirnya saya pun benar-benar memuntahkan semua makanan yang dimakan saat sarapan.
Badan terasa panas sangat tinggi dan juga terasa sangat lemas tak ada tenaga. Lambung terasa perih dan saya mengira tadinya penyakit maag saya kambuh karena semalem gak sempat makan.
Pada hari itu mulai dari pagi hingga malam saya benar-benar tak ada makanan yang bisa masuk perut. Karena tiap kali makan sedikit, maka akan keluar muntah banyak sekali.
Demam tinggi dan muntah-muntah ini terjadi selama 3 hari. Dan selama 3 hari inilah perut saya kosong karena tak ada makanan yang bisa masuk perut. Selera nafsu makan hilang dan lambung terasa perih.
Semua jadi serba salah. Gak makan perih, dipaksakan makan malah keluar lagi.
Setelah 3 hari barulah saya mulai bisa makan. Itupun juga yang bisa masuk ke perut hanya bubur saja. Tiap kali makan nasi perut terasa perih dan tak kuat.
Dan saya sangat merasa kaget pas melihat wajah saya di kaca ternyata mata saya yang putihnya berubah menjadi sangat kuning. Kulit yang ada di seluruh tubuh saya pun juga berwarna kuning.
Orang-orang menyebut saya kena penyakit kuning dan mereka menyuruh saya untuk berjemur di bawah sinar matahari dan harus banyak makan yang manis-manis.
Karena mereka bilang penyakit kuning itu diakibatkan kurang gula dan jarang terkena sinar matahari. Karena saya gak tahu akhirnya saya nurut saja apa kata orang-orang.
Tapi setelah saya Googling ternyata itu semua yang kata orang-orang tentang berjemur dan makan yang manis-manis tak 100% benar.
Di hari ke-4 pada hari Rabu setelah terasa gejala demam tinggi, kuning dan muntah-muntah akhirnya saya dibawa ke puskesmas cabang Mekarwangi di komplek Budi Agung untuk diperiksa.
Setelah melalui diagnosa dokter akhirnya saya divonis positif terkena penyakit hepatitis A. Saya diberi paracetamol, obat maag dan vitamin B complex.
Dan juga diberi rujukan untuk cek darah dan diperiksa lanjutan ke puskesmas Mekarwangi yang ada di BCC, Kota Bogor.
Pada hari Jum'at tanggal 22 November 2019 akhirnya saya pergi ke puskesmas Mekarwangi untuk cek darah.
Setelah mengantri agak lama akhirnya saya mendapat hasil dari cek darah tersebut bahwa trombosit saya naik sedikit. Sedangkan yang tinggi yaitu SGOT dan SGPT yang naik lebih dari 10 kali lipatnya dari batas normal.
Selain itu tekanan darah saya juga rendah sehingga itu yang menyebabkan tubuh saya terasa lemas tak bertenaga serta bawaannya capek dan ngantuk.
Dari diagnosa dokter di puskesmas Mekarwangi hanya memberi saya vitamin B kompleks dan menyuruh saya membeli obat di luar yaitu Curcuma dan Hepa Q.
Saya juga disuruh untuk istirahat total, banyak minum dan makanan yang harus dihindari adalah makanan berlemak, berminyak dan kacang-kacangan. Serta jangan makan sayuran mentah. Karena makanan tersebut susah dicerna oleh hati.
Saya hanya diperbolehkan makan makanan lembek yang mudah dicerna seperti bubur dan makanan yang dikukus atau direbus.
Akhirnya saya menuruti saran dokter. Saya hanya makan bubur dan makan-makanan yang dikukus atau direbus dan menghindari makanan berminyak dan berlemak.
Hasilnya alhamdulillah hanya sekitar 1 minggu mata dan kulit saya yang tadinya kuning sekali berangsur hilang dan pulih. Hanya tinggal lemas dan cepat capeknya saja yang masih ada karena mungkin efek dari tekanan darahnya yang rendah.
Dan setelah 2 mingguan alhamdulillah Allah memberikan kesembuhan total. Syukur yang tiada hentinya karena ini adalah pengalaman petama saya terkena hepatitis.
Dan dikala sakit ternyata baru saya sadari bahwa sehat itu sangat mahal. Hanya satu organ saja yaitu fungsi hati yang terganggu ternyata akibatnya sangat parah. Apalagi jika beberapa organ tubuh yang terganggu
Dan disinilah saya baru menyadari ternyata nikmat sesungguhnya yang Allah berikan adalah kesehatan yang selalu dilupakan dan jarang disyukuri.
Betapa Maha Pemurahnya Allah memberikan kita organ-organ tubuh secara cuma-cuma yang mana jika sakit atau terganggu saja salah satunya, maka kenikmatan terasa hilang. Dan jika berobat bisa menghabiskan ratusan bahkan jutaan rupiah.
Lalu benarlah apa yang tertera dalam surat Ar Rahman yang selalu diulang-ulang dalam ayatnya "Nikmat manakah yang kamu dustakan?"
Mungkin bisa jadi pelajaran buat para pembaca dan pengetahuan tentang gejala-gejala penyakit hepatitis A yang awal-awalnya memang tidak disadari.
Berikut kisahnya.....
Pada tanggal 16 November 2019 hari Sabtu setelah saya pulang dari mengantar dan menghadiri acara nikahan teman ke Sukabumi, malamnya pas pulang saya merasa sangat lelah sekali karena di perjalanan sangat macet parah.
Pas tiba di Bogor saya langsung istirahat tidur tanpa ingat bahwa saya belum makan. Saya merasakan ada yang aneh pada tubuh saya dan saya merasakan akan sakit.
Dari siangnya saya sudah merasakan ada sesuatu hal yang tidak biasa karena air seni saya berwarna merah gelap seperti air teh. Saya tidak merasa curiga apa-apa dan saya mengira itu wajar-wajar saja.
Pada minggu paginya pas waktu sarapan tiba, saya ngambil sarapan. Pas saya makan biasanya suka habis tapi saat itu saya merasa selera makan saya hilang dan terasa demam makin lama makin tinggi.
Selain itu ditambah juga rasa mual serasa ingin muntah yang tak tertahankan. Sehingga akhirnya saya pun benar-benar memuntahkan semua makanan yang dimakan saat sarapan.
Badan terasa panas sangat tinggi dan juga terasa sangat lemas tak ada tenaga. Lambung terasa perih dan saya mengira tadinya penyakit maag saya kambuh karena semalem gak sempat makan.
Pada hari itu mulai dari pagi hingga malam saya benar-benar tak ada makanan yang bisa masuk perut. Karena tiap kali makan sedikit, maka akan keluar muntah banyak sekali.
Demam tinggi dan muntah-muntah ini terjadi selama 3 hari. Dan selama 3 hari inilah perut saya kosong karena tak ada makanan yang bisa masuk perut. Selera nafsu makan hilang dan lambung terasa perih.
Semua jadi serba salah. Gak makan perih, dipaksakan makan malah keluar lagi.
Setelah 3 hari barulah saya mulai bisa makan. Itupun juga yang bisa masuk ke perut hanya bubur saja. Tiap kali makan nasi perut terasa perih dan tak kuat.
Dan saya sangat merasa kaget pas melihat wajah saya di kaca ternyata mata saya yang putihnya berubah menjadi sangat kuning. Kulit yang ada di seluruh tubuh saya pun juga berwarna kuning.
Orang-orang menyebut saya kena penyakit kuning dan mereka menyuruh saya untuk berjemur di bawah sinar matahari dan harus banyak makan yang manis-manis.
Karena mereka bilang penyakit kuning itu diakibatkan kurang gula dan jarang terkena sinar matahari. Karena saya gak tahu akhirnya saya nurut saja apa kata orang-orang.
Tapi setelah saya Googling ternyata itu semua yang kata orang-orang tentang berjemur dan makan yang manis-manis tak 100% benar.
Di hari ke-4 pada hari Rabu setelah terasa gejala demam tinggi, kuning dan muntah-muntah akhirnya saya dibawa ke puskesmas cabang Mekarwangi di komplek Budi Agung untuk diperiksa.
Setelah melalui diagnosa dokter akhirnya saya divonis positif terkena penyakit hepatitis A. Saya diberi paracetamol, obat maag dan vitamin B complex.
Dan juga diberi rujukan untuk cek darah dan diperiksa lanjutan ke puskesmas Mekarwangi yang ada di BCC, Kota Bogor.
Pada hari Jum'at tanggal 22 November 2019 akhirnya saya pergi ke puskesmas Mekarwangi untuk cek darah.
Setelah mengantri agak lama akhirnya saya mendapat hasil dari cek darah tersebut bahwa trombosit saya naik sedikit. Sedangkan yang tinggi yaitu SGOT dan SGPT yang naik lebih dari 10 kali lipatnya dari batas normal.
SGOT adalah enzim yang terdapat di hati, jantung, otot, ginjal hingga otak.
Sedangkan SGPT adalah enzim yang paling banyak terdapat di hati. Di beberapa organ lain juga ada, cuma jumlahnya sangat sedikit.
Fungsi kedua enzim ini sama yaitu membantu mencerna protein dalam tubuh.
Selain itu tekanan darah saya juga rendah sehingga itu yang menyebabkan tubuh saya terasa lemas tak bertenaga serta bawaannya capek dan ngantuk.
Dari diagnosa dokter di puskesmas Mekarwangi hanya memberi saya vitamin B kompleks dan menyuruh saya membeli obat di luar yaitu Curcuma dan Hepa Q.
Saya juga disuruh untuk istirahat total, banyak minum dan makanan yang harus dihindari adalah makanan berlemak, berminyak dan kacang-kacangan. Serta jangan makan sayuran mentah. Karena makanan tersebut susah dicerna oleh hati.
Saya hanya diperbolehkan makan makanan lembek yang mudah dicerna seperti bubur dan makanan yang dikukus atau direbus.
Akhirnya saya menuruti saran dokter. Saya hanya makan bubur dan makan-makanan yang dikukus atau direbus dan menghindari makanan berminyak dan berlemak.
Hasilnya alhamdulillah hanya sekitar 1 minggu mata dan kulit saya yang tadinya kuning sekali berangsur hilang dan pulih. Hanya tinggal lemas dan cepat capeknya saja yang masih ada karena mungkin efek dari tekanan darahnya yang rendah.
Dan setelah 2 mingguan alhamdulillah Allah memberikan kesembuhan total. Syukur yang tiada hentinya karena ini adalah pengalaman petama saya terkena hepatitis.
Dan dikala sakit ternyata baru saya sadari bahwa sehat itu sangat mahal. Hanya satu organ saja yaitu fungsi hati yang terganggu ternyata akibatnya sangat parah. Apalagi jika beberapa organ tubuh yang terganggu
Dan disinilah saya baru menyadari ternyata nikmat sesungguhnya yang Allah berikan adalah kesehatan yang selalu dilupakan dan jarang disyukuri.
Betapa Maha Pemurahnya Allah memberikan kita organ-organ tubuh secara cuma-cuma yang mana jika sakit atau terganggu saja salah satunya, maka kenikmatan terasa hilang. Dan jika berobat bisa menghabiskan ratusan bahkan jutaan rupiah.
Lalu benarlah apa yang tertera dalam surat Ar Rahman yang selalu diulang-ulang dalam ayatnya "Nikmat manakah yang kamu dustakan?"