Riyadhoh Selama 4 Bulan Di Maniis Majalengka
Pada akhir tahun 2017 Allah SWT mempertemukan saya dengan salah seorang guru ilmu hikmah dari salah satu daerah di Kabupaten Majalengka yaitu di Desa Maniis.
Saya bertemu dengan beliau asalnya saat saya mencari-cari orang yang bisa mengijazahkan ilmu hikmah yang tak jauh dari tempat saya.
Setelah saya searching di internet, akhirnya saya menemukan sosok yaitu K.H. Ahmad Syukron Ghani. Beliau adalah seorang kiai dan juga kepala sekolah salah satu SMP di Kecamatan Cikijing, Majalengka.
Beliau juga memiliki jamaah dzikir manaqib Syeikh Abdul Qadir Jaelani yang biasanya dibaca di malam Jum'at legi sesuai dengan apa yang suka dilakukan oleh penyusun manaqib Jawahirul Ma'ani yaitu Syeikh Ahmad Jauhari Umar dari Pasuruan.
Awalnya saya hanya diijazahkan dzikir manaqib masyayihil qubro dan disuruh riyadhoh selama 41 hari di rumah. Setelah itu disarankan untuk ikut dzikir bulanan.
Setelah beberapa bulan, sang guru pun meminta saya untuk riyadhoh di tempat beliau.
Karena saat itu saya sedang mengalami keterpurukan. Dan banyak sekali masalah-masalah berat yang datang, akhirnya saya menyanggupinya sebagai jalan untuk mendinginkan masalah.
Hari demi hari saya habiskan di sana hanya dengan riyadhoh. Siang puasa, malamnya bangun untuk shalat tahajud dan mengamalkan wirid. Saat itu memang saya dalam keadaan sedih yang sangat mendalam.
Sehingga saya tidak pernah menghiraukan keadaan di sekitar. Saya ditempatkan oleh guru saya di bangunan yang tadinya merupakan sekolah. Karena tidak dipakai maka dijadikan tempat untuk riyadhoh dan dzikir manaqiban bulanan.
Disana saya sendirian. Guru saya hanya datang di waktu magrib sampe isya dan tengah malam. Itu juga beliau punya ruang tersendiri untuk berdzikir.
Suasananya di bukit yang agak hening karena agak berjarak dari rumah warga dan banyak pohon-pohon disekeliling jadi agak terlihat horor jika dimalam hari.
Banyak juga warga yang geleng-geleng dan bilang kagum ke saya karena berani tinggal sendirian disana.
Banyak warga yang bercerita tentang beberapa orang yang pernah melihat sosok kuntilanak malam hari di air pancuran tempat kakus umum di belakang bangunan. Dan saya tiap tengah malam kesana untuk ngambil air wudlu.
Tapi seseram apapun cerita orang-orang tak pernah saya pedulikan. Dan alhamdulillah selama 4 bulan disana, tiap tengah malam saya bangun tidak pernah ada penampakan apapun. Meskipun cobaan saat saya disana hampir sering tiap malam mati lampu.
Bayangkan saja di sebuah bangunan yang besar, saya sendirian ditambah mati lampu. Tapi anehnya saya tak punya rasa takut sedikitpun. Padahal aslinya saya ini agak penakut.
Dan yang saya rasakan dari riyadhoh selama 4 bulan tersebut adalah tumbuhnya keberanian dalam banyak hal. Saya yang awalnya seorang penakut jika pergi kemana-mana atau takut di malam hari, sekarang alhamdulillah muncul keberanian.
Berani berhadapan dengan siapapun (maksudnya bukan berkelahi) dan berani pergi kemanapun meskipun sendirian. Karena dulu saya pergi ke kota suka takut dan gak berani sendiri.
Dari hasil riyadhoh itu juga saya mulai merasakan ketenangan jiwa. Karena saya digembleng guru saya untuk tepat waktu dalam melaksanakan shalat 5 waktu, sehari-hari dipenuhi dengan dzikir dan puasa, mengekang makanan, sehingga sedikit demi sedikit mengikis hawa nafsu yang selalu menuntut banyak keinginan duniawi.
Dan akhirnya saya mendapat banyak sekali pelajaran berharga dari riyadhoh tersebut. Apa yang terjadi pada kita, masalah-masalah yang datang adalah sebagai wujud kasih sayang Allah supaya kita bisa mendekati-Nya.
Karena jika kita berharap pada manusia, ujung-ujungnya adalah kekecewaan. Sedangkan berharap pada Allah, cepat atau lambat Allah akan kasih. Atau jika tidak, Allah akan memberi ganti yang lebih baik dari yang kita harapkan. Allah Maha Tahu apa yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan.
Mudah-mudahan Allah membalas semua kebaikan beliau yang telah memberi saya ilmu dan pelajaran yang sangat berharga ini dengan balasan pahala yang berlimpah.
Saya bertemu dengan beliau asalnya saat saya mencari-cari orang yang bisa mengijazahkan ilmu hikmah yang tak jauh dari tempat saya.
Setelah saya searching di internet, akhirnya saya menemukan sosok yaitu K.H. Ahmad Syukron Ghani. Beliau adalah seorang kiai dan juga kepala sekolah salah satu SMP di Kecamatan Cikijing, Majalengka.
Beliau juga memiliki jamaah dzikir manaqib Syeikh Abdul Qadir Jaelani yang biasanya dibaca di malam Jum'at legi sesuai dengan apa yang suka dilakukan oleh penyusun manaqib Jawahirul Ma'ani yaitu Syeikh Ahmad Jauhari Umar dari Pasuruan.
Awalnya saya hanya diijazahkan dzikir manaqib masyayihil qubro dan disuruh riyadhoh selama 41 hari di rumah. Setelah itu disarankan untuk ikut dzikir bulanan.
Setelah beberapa bulan, sang guru pun meminta saya untuk riyadhoh di tempat beliau.
Karena saat itu saya sedang mengalami keterpurukan. Dan banyak sekali masalah-masalah berat yang datang, akhirnya saya menyanggupinya sebagai jalan untuk mendinginkan masalah.
Hari demi hari saya habiskan di sana hanya dengan riyadhoh. Siang puasa, malamnya bangun untuk shalat tahajud dan mengamalkan wirid. Saat itu memang saya dalam keadaan sedih yang sangat mendalam.
Tempat saya riyadhoh |
Sehingga saya tidak pernah menghiraukan keadaan di sekitar. Saya ditempatkan oleh guru saya di bangunan yang tadinya merupakan sekolah. Karena tidak dipakai maka dijadikan tempat untuk riyadhoh dan dzikir manaqiban bulanan.
Disana saya sendirian. Guru saya hanya datang di waktu magrib sampe isya dan tengah malam. Itu juga beliau punya ruang tersendiri untuk berdzikir.
Wilayah pegunungan |
Suasananya di bukit yang agak hening karena agak berjarak dari rumah warga dan banyak pohon-pohon disekeliling jadi agak terlihat horor jika dimalam hari.
Banyak juga warga yang geleng-geleng dan bilang kagum ke saya karena berani tinggal sendirian disana.
Pohon di sekeliling |
Banyak warga yang bercerita tentang beberapa orang yang pernah melihat sosok kuntilanak malam hari di air pancuran tempat kakus umum di belakang bangunan. Dan saya tiap tengah malam kesana untuk ngambil air wudlu.
Tapi seseram apapun cerita orang-orang tak pernah saya pedulikan. Dan alhamdulillah selama 4 bulan disana, tiap tengah malam saya bangun tidak pernah ada penampakan apapun. Meskipun cobaan saat saya disana hampir sering tiap malam mati lampu.
Musholla |
Bayangkan saja di sebuah bangunan yang besar, saya sendirian ditambah mati lampu. Tapi anehnya saya tak punya rasa takut sedikitpun. Padahal aslinya saya ini agak penakut.
Suasana sejuk |
Dan yang saya rasakan dari riyadhoh selama 4 bulan tersebut adalah tumbuhnya keberanian dalam banyak hal. Saya yang awalnya seorang penakut jika pergi kemana-mana atau takut di malam hari, sekarang alhamdulillah muncul keberanian.
Berani berhadapan dengan siapapun (maksudnya bukan berkelahi) dan berani pergi kemanapun meskipun sendirian. Karena dulu saya pergi ke kota suka takut dan gak berani sendiri.
Dari hasil riyadhoh itu juga saya mulai merasakan ketenangan jiwa. Karena saya digembleng guru saya untuk tepat waktu dalam melaksanakan shalat 5 waktu, sehari-hari dipenuhi dengan dzikir dan puasa, mengekang makanan, sehingga sedikit demi sedikit mengikis hawa nafsu yang selalu menuntut banyak keinginan duniawi.
Dan akhirnya saya mendapat banyak sekali pelajaran berharga dari riyadhoh tersebut. Apa yang terjadi pada kita, masalah-masalah yang datang adalah sebagai wujud kasih sayang Allah supaya kita bisa mendekati-Nya.
Karena jika kita berharap pada manusia, ujung-ujungnya adalah kekecewaan. Sedangkan berharap pada Allah, cepat atau lambat Allah akan kasih. Atau jika tidak, Allah akan memberi ganti yang lebih baik dari yang kita harapkan. Allah Maha Tahu apa yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan.
Mudah-mudahan Allah membalas semua kebaikan beliau yang telah memberi saya ilmu dan pelajaran yang sangat berharga ini dengan balasan pahala yang berlimpah.